Sub Sektor Tanaman Pangan Subsektor tanaman pangan yang menjadi unggulan Kalimantan Selatan adalah padi yang dapat dikembangkan diseluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan kecuali Kota Banjarmasin. Sejak tahun 2006 Kalimantan Selatan tercatat telah mengalami surplus produksi beras yang pada tahun 2006 mencapai sebesar 426.094 ton, tahun 2007 sebesar 641.721 ton, dan tahun 2008 mengalami surplus sebesar 656.573 ton (Angka Ramalan Sementara).
Secara keseluruhan produksi, maupun produktvitas padi di Kalimantan Selatan selama 5 tahun dari 2005 – 2009 mengalami kenaikan dengan total pertumbuhan 25,87 % atau sekitar 6,47 % per tahun.
Begitu pula untuk luas panen tanam padi di Kalimantan Selatan juga mengalami hal yang sama dimana peningkatannya mencapai 9,79 % atau sekitar 2,45 per tahun. Kinerja sub sektor Tanaman Pangan dilihat dari Pertumbuhan Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut ini :
Pertumbuhan Produksi Tanaman Pangan dan Holtikulturan 2005 – 2009.
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4
No.
|
Komoditas
|
Tahun
|
% Total Prtmbhn
|
Prtmbhn Prthn %
|
||||
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009*
|
||||
1
|
Padi
|
1.598.835
|
1.636.840
|
1.953.868
|
1.954.283
|
2.012.399
|
25,87
|
6,47
|
2
|
Jagung
|
48.082
|
58.283
|
100.957
|
95.044
|
97.326
|
102,42
|
25,60
|
3
|
Kedelai
|
2.548
|
2.138
|
2.060
|
3.817
|
4.869
|
91,09
|
22,77
|
4
|
Kacang Tanah
|
16.793
|
15.759
|
18.214
|
16.476
|
16.645
|
0,88
|
0,22
|
5
|
Kacang Hijau
|
1.750
|
1.166
|
1.548
|
1.529
|
1.542
|
11,89
|
2,97
|
6
|
Ubi Kayu
|
77.904
|
82.389
|
117.322
|
119.085
|
139.093
|
78,54
|
19,64
|
7
|
Ubi Jalar
|
23.995
|
26.335
|
31.143
|
25.903
|
31.953
|
33,17
|
8,29
|
8
|
Sayuran
|
36.158
|
47.059
|
55.299
|
62.668
|
-
|
73,32
|
18,33
|
9
|
Buah-buahan
|
304.466
|
262.888
|
244.231
|
259.975
|
-
|
14,61
|
3,65
|
Perkembangan Jagung di Lahan Lebak
Pertumbuhan Luas Panen Tanaman Pangan 2005 - 2009
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4
No.
|
Komoditas
|
Tahun
|
% Total Prtmbhn
|
Prtmbhn Prthn %
|
||||
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009*
|
||||
1
|
Padi
|
459.541
|
462.672
|
505.846
|
507.319
|
504.527
|
9,79
|
2,45
|
2
|
Jagung
|
15.595
|
17.042
|
22.241
|
20.116
|
21.045
|
34,95
|
8,74
|
3
|
Kedelai
|
2.115
|
1.840
|
1.806
|
3.260
|
4.027
|
90,40
|
22,60
|
4
|
Kacang Tanah
|
14.642
|
13.900
|
15.842
|
14.161
|
13.689
|
(6,51)
|
(1,63)
|
5
|
Kacang Hijau
|
1.626
|
1.139
|
1.517
|
1.482
|
1.442
|
(11,32)
|
(2,83)
|
6
|
Ubi Kayu
|
5.853
|
6.050
|
8.192
|
8.123
|
9.414
|
60,84
|
15,21
|
7
|
Ubi Jalar
|
2.417
|
2.603
|
2.691
|
2.417
|
2.918
|
20,73
|
5,18
|
8
|
Sayuran
|
7.578
|
7.503
|
8.806
|
13.525
|
-
|
78,48
|
19,62
|
9
|
Buah-buahan
|
20.427
|
13.881
|
16.231
|
15.322
|
-
|
(24,99)
|
( 6,25)
|
Lokasi di Kabupaten Tanah Laut
Pengembangan Sentra Agribisnis Pisang
Sebagai perbandingan kemajuan yang dicapai terhadap produktivitas
pertanian, khususnya padi maka dapat dilihat dari ekpose Badan Pusat
Statistik Kalimantan Selatan dilihat dari Angka Tetap Padi / Palawija
tahun 2008 dan Angka Ramalan II Padi / Palawija tahun 2009 adalah
sebagai berikut :
ANGKA TETAP PADI/PALAWIJA 2008 DAN ANGKA RAMALAN II PADI/PALAWIJA 2009
- Pada tahun 2008 produksi padi (Angka Tetap 2008) Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 1,95 juta ton GKG dan pada tahun 2009 diperkirkan mencapai 2,01 juta ton GKG.
- Komoditi padi/palawija yan diramalkan mengalami kenaikan produksi pada tahun 2009 adalah padi sawah, kedeali, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, da ubi jalar. Sedangkan yang mengalami penurunan produksi hádala padi Madang.
- Produksi pada tahun 2008 mengalami sedkit kenaikan dari tahun 2007 yaitu 0,02 persen. Kenaikan ini dikarenakan kenaikan luas panen sebsar 1.473 ha atau naik 0,29 persen meski produktivitas menurun sebesar 0,11 ku/ha atau turun 0,28 persen.
Perkembangan angka produksi padi dan palawija yang
secara rutin dilaporkan BPS dan Departemen Pertanian dapat dijadikan
sebagai salh salah satu dasar bagi pemerintah untuk melakukan
kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam pembangunan pertanian
yang sesuai dengan kondisi petani. Paa tahun 2006 produksi apdi sawah
dan padi lading (ATAP 2008) Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 1,95
ton GKG dan pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 2,01 ton GKG (ARAM II
2009).
Perkembangan angka produksi padi dan palawija yang secara rutin dilaporkan BPS dan DepartemenPertanian dapat dijadikan sebagai salah satu dasar bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang
akan diterapkan dalam pembangunan pertanian yang sesuai dengan kondisi petani. Pada tahun 2010 produksi padi
sawah dan padi ladang (ASEM 2010) Propinsi Kalimantan Selatan mencapai 1,842 juta ton GKG dan pada tahun
2011 diperkirakan mencapai 1,965 juta ton GKG (ARAM I 2011)
PADI (SAWAH + LADANG)
Uraian
|
ATAP 2008 |
ATAP 2008
|
ASAM 2010
|
ARAM 2011
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 507.319 |
514.667
|
471.166 | 493.088 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 38,52 |
38,85
|
39,10 |
39,85
|
Produksi (ton) | 1.954.283 | 2.000.239 |
1.842.089
|
1.964.981
|
Secara total produksi padi (sawah + ladang) tahun
2008 mencapai 1.954.283 ton (ATAP 2008) sedikit mengalami kenaikan
dibandingkan dari ATAP 2007. Produsi naik sebesar 415 ton. Kenaikan
produksi ini dikarenakan adanya peningakatan luas panen sebesar 1.473 ha
atau naik 0,29 persen meski produktivitas menurun sebesar 0,11 ku/ha
atau turun 0,28 persen.
JAGUNG
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 22.241 |
20.116
|
20.374 | 21.405 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 45,39 |
47,26
|
46,51 |
46,25
|
Produksi (ton) | 100.957 |
95.064
|
94.769 |
97.326
|
Produksi jagung pada tahun 2008 mencapai 95.064 ton
(ATAP 2008) mengalami sedikit penurunan dari produksi 2007. Produksi
turun sebesar 5.893 ton atau turun 5,84 persen. Penurunan produksi ini
disebabkan karena adanya penurunan luas panen yang cukup besar yaitu
2.125 ha meskipun hasil perhektar meninngkat 1,87 ku/ha. Penurunan luas
panen ini disebabkan oleh panen muda yang dilakukan oleh petani sentar
jagung di Kabupaten Tabalong, Kotabaru dan Banjar. Pada tahun 2009
diperkirakan produksi jagung akan mencapai 97.326 ton. Hasil produksi
ini meningkat, yaitu sebesar 2.262 ton dibandingkan produksi tahun yang
lalu.
KEDELAI
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 1.806 |
3.260
|
3.921 | 4.027 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 11,14 |
11,17
|
12,27 | 12,09 |
Produksi (ton) | 2.06 | 3.817 | 4.81 | 4.869 |
Pada tahun 2008 (ATAP 2008) produksi kedelai mencapai 3.817 ton, lebih tinggi dari tahun 2007 yang sebesar 2.060 ton. Peningkatan ini didukung oleh dilaksanakannya program UPSUS kedelai.
Pada tahun 2009 produksi diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 1.052 ton atau 27,56 persen. Hal ini disebabkan adanya kenaikan luas panen sebesar 767 ha dan produktivitas sebesar 0,38 ku/ha karena adanya program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul). Perkiraan produksi yang meningkat pada tahun 2009 ini karena masih dilanjutkan progarm UPSUS kedelai dan insentif yang diterima petani seiring semakin meningkatnya harga kedelai.
KACANG TANAH
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 15.842 |
14.161
|
14.650 | 13.689 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 11,50 | 11,63 | 11,95 |
12,16
|
Produksi (ton) | 18.214 |
16.476
|
1.809.584
|
1.885.367
|
Pada periode 2007-2008 penurunan pada produksi
kacang tanah terjadi disebabkan karena iklim. Curah hujan yang cukup
tinggi mengakibatkan pertanaman kacang tanah di lahan lebak tidak
maksimal, Serta disebabkan bergesernya penggunaa lahan kacan tanah
menjadi lahan padi ladang. ATAP 2008 memperlihatkan terjadinya penuruna
dibandingkan dengan ATAP 2007. Dibanding produksi tahun 2007 produksi
kacng tanah turun 1.738 ton atau 9,54 persen. Penuruna ini lebih
disebabkan oleh turunnya luas panen yang mencapai 1.681 ha atau 10,61
persen. Walaupun hasil perhektar mengalami kenaikan sebesar 0,13 ku/ha
tetapi hal tersebut masih belum bisa mengurangi penurunan produksi yang
terjadi karena peningkatan yang terjadi relatif kecil (1,13 persen).
KACANG HIJAU
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 1.517 |
1.482
|
1.510 | 1.442 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 10,20 | 10,31 | 10,83 |
10,69
|
Produksi (ton) | 1.548 |
1.529
|
1.635
|
1.542
|
Produksi kacang hijau tahun 2008 sebesar 1.529 ton (ATAP 2008). Produksi turun sedikit sebesar 19 ton atau 1,23 persen. Andil dari penurunan produksi ini adalah luas panen yang turun dari 1.517 ha tahun 2007 menjadi 1.482 ha atau turun 2,31 persen. Meskipun produktivitas naik 0,11 ku/ha atau 1,08 persen tetapi hal tesebut belum bisa menyebabkan kenaikan terhadap produksi kacang hijau pada tahun 2008. Penyebab turunnya produksi kacang hijau pada taun 2008 ini disebabkan tingginya curah hujan yang berakibat luas panen di daerah lebak seperti Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah menjadi kurang maksimal.
Pada ARAM II 2009 produksi diperkirakan akan
mengalami peningkatan dari tahun 2008 walaupun kenaikannya relatif
kecil. Produksi diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen
sehingga pada tahun 2009 diharapkan produksi akan mencapai 1.542 ton.
Di Kalimantan Selatan tanaman ini berkembang hanya secara alami
sehingga kurang optimal.
UBI KAYU
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 8.205 |
8.123
|
8.661 | 9.414 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 142,99 | 146,60 | 146,44 |
147,75
|
Produksi (ton) | 117.322 |
119.085
|
126.830
|
139.093
|
Produksi ubi kayu tahun 2008 sedikit lebih tinggi
dari produksi tahun 2007. Kenaikan produksi sebesar 1.763 ton atau 1,50
persen. Kenaikan produksi ini dipicu oleh naiknya hasil per hektar yaitu
3,61 ku/ha atau 2,52 persen, meskipun luas panen sedikit mengalami
penuruna yaitu sebesar 82 ha (turun sebesar 1,00 persen). Peningkatan
hasil per hektar ini disebabkan program perbaikan varietas ubi kayu di
Kabupaten Tanah Laut sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pabrik pengolahan
tepung tapioka.
Bila dibandingkan dengan angka ATAP 2008, produksi
ubi kayu tahun 2009 (ARAM II 2009) juga diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Peningkatan produksi tahun 2009 diperkirakan sebesar 20.008
ton atau 16,80 persen, sehingga produksi menjadi 139.093 ton
UBI JALAR
Uraian
|
ATAP 2007 |
ATAP 2008
|
ARAM I 2009
|
ARAM II 2009
|
(1)
|
(2) | (3) | (4) | (5) |
Luas Panen (Ha) | 2.691 |
1.482
|
1.510 | 1.442 |
Hasil Per Hektar (ku/ha) | 11,73 | 107,17 | 117,33 |
109,50
|
Produksi (ton) | 31.143 |
25.903
|
31.816
|
31.953
|
Produksi ubi jalar 2008 mencapai 25.903 ton (ATAP
2008). Penurunan ini dipicu oleh penurunan luas panen dan juga penurunan
produktivitas. Luas panen pada tahun 2008 sebesar 2.417 ha turun
sebesar 274 ha dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 2.691 ha.
Produktivitas turun dari 115,73 ku/ha pada tahun 2007 menjadi 107,17
ku/ha pada tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena pertanaman ubi jalar
di daerah lebak yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai
Utara berkurang pada sub round Mei-Agustus karena curah hujan yang cukup
tinggi sehingga permukaan air masih tinggi sehingga tidak memungkinkan
untuk bertanam ubi jalar.
Kesediaan dan Distribusi Tak Bermasalah
Pangan di Kalsel Aman SOAL
ketahanan pangan, di Kalsel termasuk daerah yang tidak bermasalah di
Indonesia. Ketersediaan pangan nabati seperti komoditi padi, beras,
kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan buah-buahan termasuk berlimpah
ruah. Begitu pula ketersediaan pangan hewani, tak begitu jauh berbeda
dengan pangan nabati.
"Intinya, untuk ketahanan pangan, di Kalsel
termasuk daerah yang aman. Antara produksi, ditribusi, dan ketersediaan
selalu mencukupi. Ini artinya, seluruh masyarakat di Kalimantan Selatan
selama ini tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan pangan,"
kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kalsel Hardi L Mantir.
Situasi ketahanan pangan yang kondusif dan terjaga
tersebut, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari kebijakan yang
diluncurkan Gubernur Kalsel Rudy Ariffin sejak memimpin daerah ini mulai
tahun 2005 lalu. Sejak awal Rudy Ariffin terkait masalah ketahanan
pangan ini sudah menetapkan visi, "Terwujudnya ketahanan pangan yang
TERSENYUM (tersedia, seimbang, nyaman, aman dan mantap) menuju
masyarakat yang sejahtera". Sebagai bukti, maka selama ini dapat
disyukuri bahwa masyarakat Kalimantan Selatan tidak mengalami rawan
pangan.
"Melalui visi itu, misi ketahanan pangan pun
ditetapkan untuk meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat/petani mulai tingkat rumah tangga, daerah dan nasional secara
berkelanjutan," paparnya.
Tentu, melihat realitas komudisi pangan nabati di
Kalsel, tak bisa hanya sekedar jargon atau klaim semata. Namun,
angka-angka pertumbuhan ketersediaan yang selama ini telah dicapai.
Untuk padi misalnya, dari tahun ke tahun mengalami surplus yang cukup
memukau. Dari tahun 2001 sampai tahun 2008 misalnya terjadi pertumbuhan
mencapai 101,23 persen. Begitu pula dengan beras angkanya di atas 100
persen.
Menariknya, jika di daerah lain sering terdengan
terjadi kerawanan pangan, untuk di Kalsel hampir semua kabupaten berada
dalam kondisi cukup tahan pangan. Memang berdasarkan pemetaan secara
nasional, Banjarmasin dan Banjarbaru dikategorikan daerah yang cukup
rawan pangan.
"Namun, penilaian tersebut sebenarnya kurang pas,
karena dua daerah ini bukalah wilayah produksi pangan, baik nabati
maupun hewani. Dua daerah ini hanyalah tempat distribusi pangan dari
tempat lain," kata Hardi.
Ketersediaan bahan pangan di Kalsel lebih dari
cukup, tetapi tentu hal itu tak membuat puas Pemprov Kalsel. Beberapa
program pun diluncurkan utnutk lebih meningkatkan ketahanan pangan dan
gizi masyarakat. Diantaranya pembentukan Desa Mandiri Pangan,
Pembangunan Lumbung Pangan dan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha
Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP).
Program-program tersebut ditujukan untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan gizi (mengurangi kerawanan pangan)
melalui sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal di pedesaan.
Untuk pelaksanaan program aksi Desa Mandiri Pangan,
pada tahun 2006 lalu 31 kelompok afinitasdi Kabupaten Tabalong, Hulu
Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tanah menjadi
sasaran program ini.
Pada tahun 2007, 52 kelompok efinitas di Kabupaten
Tabalong, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan.
Tanah Laut, Banjar, dan Barito Kuala telah dilakukan pengembangan
ketahanan pangan. Kemudian, pada tahun 2008, 26 kelompok afinitas di
kabupaten yang sama masuk dalam proses penumbuhan ketahanan pangan.
Nah, utnuk menunjang ketahanan pangan di
daerah-daerah yang dianggap rawan, Pemprov Kalsel sejak 2009 telah
meluncurkan program dana bantuan sosial utnuk pembangunan lumbung
pangan. Sedikitnya Rp390 juta pada Agustus 2009 lalu telah disalurkan ke
13 desa di 13 kecamatan di 7 kabupaten/kota di Kalsel.
Sedangkan untuk jumlah bantuan LUEP (APBN-APBD)
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang ckup signifikan, terutama
dari pos APBD Kalsel. Untuk tahun 2008 misalnya dialokasikan sebesar
Rp6.908.000.000 dalam tahun 2009 sebesar Rp12.499.200.000.
Dana bantuan LUEP tersebut didistribusikan ke 11
kabupaten di Kalsel, yaitu Tabalong, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai
Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, Tanh Laut, Tanah Bumbu,
Kotabaru, Barito Kuala dan Balangan.
Tak sekedar itu, Pemprov Kalsel juga menjalankan
program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDMP) pada
tahun 2009. Dana dengan masing-masing sebesar Rp150 juta disalurkan ke
18 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di 12 kabupaten/kota.
Ketersediaan Dijaga
TAK selamanya soal ketahanan pangan di suatu daerah selalu aman dan terkendali. Termasuk di Kalsel. Beberapa persoalan ternyata juga terjadi. Meski skalanya tidak telalu besar, tetapi masalah tersebut jika tak diantisipasi, bisa memunculkan kekhawatiran.
TAK selamanya soal ketahanan pangan di suatu daerah selalu aman dan terkendali. Termasuk di Kalsel. Beberapa persoalan ternyata juga terjadi. Meski skalanya tidak telalu besar, tetapi masalah tersebut jika tak diantisipasi, bisa memunculkan kekhawatiran.
Masalah ketahanan pangan, seperti diungkapkan
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kalsel Hardi L Mantir, terjadi karena
beberapa global (climate change) yang mengakibatkan terjadinya bencana
alam seperti kekeringan dan banjir, peningkatan permukaan laut dan
perubahan musim yang tak menentu.
Peristiwa alam semacam itu sering terjadi dan tidak
ada pihak yang menghendaki. "Peran pemerintah adalah melakukan
antisipasi dan fasilitasi jika terjadi bencana seperti itu. Sedikit
banyaknya, bencana sangat berpengaruh terhadap kondisi ketersediaan
pangan di suatu daerah," ujarnya.
Faktor lainnya, karena rendahnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pangan beragam, bergizi dan berimbang serta
sumber daya pangan lokal khususnya sumber karbohidrat yang belum digali
secara optimal.
Masalah ini bia diatasi dengan progam-program pendampingan dan bantuan yang telah direncanakan.
"Tugas kita (Badan Ketahanan Pangan), sesuai dengan
Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang pangan, adalah mengondisikan
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup baik, jumlahnya maupun moto, merata dan
terjangkau," katanya.
Nah, lanjut Hardi, untuk tahun 2010 mendatang,
tahun dimana berakhirnya masa kepemimpinan Gubernur Kalsel sekarang H
Rudy Ariffin, target yang ingin dicapai adalah meningkatkan ketersediaan
pangan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki secara
berkelanjutan.
Selain itu, pengembangan sistem distribusi,
cadangan dan akses pangan untuk turut serta memelihara stabilitas
pasokan dan harga pangan bagi masyarakat. Mempercepat penganeka ragaman
konsumsi pangan dan gizi guna meningkatkan kualitas SDM dan penurunan
konsumsi beras per kapita. "Kita ingin, ketahan pangan di Kalsel selalu
aman, mantap dan terkendali," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar