Selasa, 07 Mei 2013

KH Hasyim Asyari dan resolusi jihad melawan Belanda





 
Tulisan ini hanya sepenggal kisah tentang Hasyim Asyari, pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Kiai karismatik berjuluk Hadratus Syaikh yang berarti Maha Guru, ini dikenal sebagai ahli ilmu agama, khususnya tafsir, hadits dan fiqih.

Dia mengabdi kepada umat dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hasyim juga berdakwah ke daerah-daerah pada masanya.

Sedangkan gelar pahlawan dia dapat karena pada masa penjajahan belanda, Hasyim Asyari ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad yang kemudian dikenal sebagai resolusi jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. Akibat fatwa itu, meledak lah perang di Surabaya pada 10 November 1945.

Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam buku yang ditulis Zuhairi Misrawi berjudul "Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari: moderasi, keumatan, dan kebangsaan", pada masa penjajahan Belanda, Hasyim senantiasa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh muslim dari berbagai penjuru dunia untuk melawan penjajahan.

Misalnya dengan Pangeran Abdul Karim al-Khatthabi (Maroko), Sultan Pasha Al-Athrasi (Suriah), Muhammad Amin al-Husaini (Palestina), Dhiyauddin al-Syairazi, Muhammad Ali, dan Syaukat Ali (India), serta Muhammad Ali Jinnah (Pakistan).

Hasilnya pada 22 Oktober 1945, Hasyim dan sejumlah ulama di kantor NU Jatim mengeluarkan resolusi jihad itu. Karena itulah Hasyim diancam hendak ditangkap Belanda. Namun Hasyim tak bergeming, dia memilih bertahan mendampingi laskar Hizbullah dan Sabilillah melawan penjajah.

Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).

Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir. Seperti ditulis Lathiful Khuluq berjudul "Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim Asyari" yang diterbitkan LKiS pada 2000 lalu, butir Pertama resolusi jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan.

Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ke tiga; musuh republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.

Ke empat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali. Ke lima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.

Semangat dakwah antikolonialisme sudah melekat pada diri Hasyim sejak belajar di Makkah, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki. Menurut Muhammad Asad Syihab (1994), Hasyim pernah mengumpulkan kawan-kawannya, lalu berdoa di depan Multazam, berjanji menegakkan panji-panji keislaman dan melawan berbagai bentuk penjajahan.

Semangat itu dia bawa tatkala kembali ke Indonesia dan dia tularkan kepada anaknya, Wahid Hasyim. Kelak, Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Menteri Agama pertama pada era Presiden Soekarno.

Sikap anti penjajahan juga sempat membawa Hasyim masuk bui ketika masa penjajahan Jepang. Waktu itu, kedatangan Jepang disertai kebudayaan 'Saikerei' yaitu menghormati Kaisar Jepang "Tenno Heika" dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap ke arah Tokyo setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIB.

Budaya itu wajib dilakukan penduduk tanpa kecuali, baik anak sekolah, pegawai pemerintah, kaum pekerja dan buruh, bahkan di pesantren-pesantren. Bisa ditebak, Hasyim Asyari menentang karena dia menganggapnya 'haram' dan dosa besar.

Membungkukkan badan semacam itu menyerupai 'ruku' dalam sholat, hanya diperuntukkan menyembah Allah SWT. Menurut Hasyim, selain kepada Allah hukumnya haram, sekalipun terhadap Kaisar Tenno Heika yang katanya keturunan Dewa Amaterasu, Dewa Langit.

Akibat penolakannya itu, pada akhir April 1942, Hasyim Asyari yang sudah berumur 70 tahun dijebloskan ke dalam penjara di Jombang. Kemudian dipindah ke Mojokerto, lalu ke penjara Bubutan, Surabaya. Selama dalam tawanan Jepang, Kiai Hasyim disiksa hingga jari-jari kedua tangannya remuk tak lagi bisa digerakkan.

Hasyim Asyari lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 dengan nama lengkap Mohammad Hasyim Asyari. Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng dan organisasi NU. Kakek almarhum Gus Dur ini meninggal di Jombang, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun.

KH Agus Salim, kesederhanaan penguasa banyak bahasa





KH Agus Salim, kesederhanaan penguasa banyak bahasa


h agus salim. wikipedia
254
 


Haji Agus Salim adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang tidak berjuang menggunakan bambu runcing atau senjata api. Senjata seorang Agus Salim ialah intelektualitas dan kepandaiannya dalam berdiplomasi.

Pendidikan Agus Salim dimulai dari Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, dia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.

Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Di usia yang sangat muda ini, Agus Salim sudah berhasil menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing yakni Arab, Belanda, Inggris, Turki, Perancis, Jepang dan Jerman.

Kecerdasan dan kepiawaian Agus Salim dalam berdiplomat ternyata menarik minat negara dan penjajah saat itu yakni Belanda. Belanda menawarkan kepadanya untuk menjadi penerjemah pada Konsulat Belanda di Jeddah pada tahun 1906 sampai 1911.

Pada saat di Mekkah itulah Salim mendalami ilmu agama dengan pamannya Syeikh Khatib al-Minangkabawi yang saat itu menjadi Imam di Masjidil Haram. Di samping ilmu-ilmu agama, Syeikh Khatib juga mengajarkan Salim ilmu diplomasi dalam hubungan internasional yang di kemudian hari nanti menjadi andalannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pasca-lima tahun dalam perantauan, Agus Salim kembali ke Tanah Air. Pada 1915, Salim meniti karir dengan malang melintang di dunia jurnalistik. Kepribadian Agus Salim yang tegas membuat setiap tulisannya selalu tajam dan mengandung kritikan pedas dalam membakar semangat kemerdekaan rakyat Indonesia.

Dunia jurnalistik ternyata bukan pelabuhan akhir karir Agus Salim di mana dia juga memutuskan untuk terjun ke dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam. Ternyata pilihan putra dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab ini tidak salah. Terbukti pada 1946 sampai 1950 dia menjadi bintang dalam percaturan politik Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Selain itu Salim juga dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.

Kefasihannya dalam berdiplomasi membuat dia dipercaya untuk menjalankan berbagai misi diplomatik dengan tujuan memperkenalkan negara baru Republik Indonesia ke dunia luar, serta bagian dari diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satu buah dari upaya diplomasi Agus Salim adalah, pada 1947, Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dan perjanjian persahabatan dengan Mesir. Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Agus Salim yang dianugrahi kejeniusan dan hidup sebagai orang besar tidak lantas membuatnya tinggi hati. Kesederhanan Agus Salim ini terlihat pada saat dirinya menghadiri salah satu konferensi besar di mana saat itu dia makan dengan menggunakan tangannya sementara para peserta muktamar menggunakan sendok.

Ketika sebagian anggota muktamar mencemooh dengan mengatakan "Salim, sekarang tidak saatnya lagi makan dengan tangan, tapi dengan sendok," kemudian dia hanya menjawab "tangan yang selalu saya gunakan ini selalu saya cuci setiap kali akan makan, dan hanya saya yang memakai dan menjilatnya. Sementara sendok-sendok yang kalian gunakan sudah berapa mulut yang telah menjilatnya". Sontak hadirin pada saat itu malu dan langsung terdiam.

Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961

KH Ahmad Dahlan berdakwah dengan rasionalitas

KH Ahmad Dahlan berdakwah dengan rasionalitas

"Buat apa kita mengaji, banyak-banyak surah, tapi hanya untuk dihafal," ujar Ahmad Dahlan pada santrinya dalam cuplikan film Sang Pencerah.

Muhamad Darwis atau yang dikenal dengan KH Ahmad Dahlan, seorang santri yang pada usia 15 tahun sudah berangkat ke Makkah. Cara pembelajarannya bukanlah dengan khutbah massal. Dia belajar santri di langgar, metode diskusi bukan sekadar menghapal surah dengan santri yang awalnya hanya segelintir orang.

Dahlan pun dicibir karena meluruskan arah kiblat yang dianggap salah. Bahkan, untuk meluruskan arah kiblat tersebut, Dahlan memberikan argumen dengan menggunakan kompas dan peta di hadapan para kiai.

Dalam laman Muhammadiyah.or.id, disebutkan untuk membangun upaya dakwah, Dahlan gigih membina angkatan muda untuk bersama-sama melaksanakan upaya dakwah yang sistematis dan kolektif.

Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta. Karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama Islam di kedua sekolah tersebut.

Dengan mendidik para calon pamongpraja diharapkan segera memperluas gagasan pembaharuannya. Karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat.

Dia juga mendidik para calon guru untuk mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwahnya, karena mereka mempunyai murid yang banyak. Oleh karena itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Putri Muhammadiyah).

Gagasan pembaharuan disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota. Di dalam kota Yogyakarta, Ahmad Dahlan menganjurkan pada jemaah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.

Oktober 1922, Ahmad Dahlan memimpin delegasi Muhammadiyah dalam kongres Al-Islam di Cirebon. Kongres ini diselenggarakan oleh Sarikat Islam (SI) guna mencari aksi baru untuk konsolidasi persatuan ummat Islam. Dalam kongres tersebut, Muhammadiyah dan Al-Irsyad, dikabarkan terlibat perdebatan yang tajam dengan kaum Islam ortodoks dari Surabaya dan Kudus. Muhammadiyah dipersalahkan menyerang aliran yang telah mapan dan dianggap membangun mazhab baru di luar mazhab empat yang telah ada.

Menanggapi hal tersebut, Ahmad Dahlan menjawabnya dengan argumentasi. "Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbelakang. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Quran dan Hadis. Umat Islam harus kembali kepada Quran dan Hadis. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui kitab-kitab tafsir," katanya kala itu.

Buya Hamka, seorang pendakwah otodidak yang legendaris







Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang lebih terkenal dengan nama Buya Hamka adalah salah satu sosok pendakwah yang berperan besar dalam perkembangan Islam di Indonesia khususnya di Sumatera Barat. Hamka yang lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat meneruskan perjuangan ayahnya yang bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenal sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau.

Berguru pada ayahnya sendiri semenjak umur 10 tahun, Hamka mempelajari ajaran-ajaran ulama terkenal seperti Syekh Ibrahim Musa, Syekh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, RM Surjopranoto, dan Ki Bagus Hadikusumo. Setelah itu, Hamka terkenal sebagai ulama yang otodidak dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, baik dari agama Islam sendiri maupun dalam mempelajari ilmu dari Barat.

Pada tahun 1928, Hamka mulai menularkan pemikiran-pemikirannya dalam sebuah tulisan. Hamka juga pernah menjadi seorang jurnalis yang membuat tulisan di berbagai surat kabar terkenal pada zaman itu seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Selanjutnya dia menjadi editor di beberapa media seperti Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Hamka yang mahir dalam Bahasa Arab juga mampu meneliti karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah. Misalnya, Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Husain Haikal. Melalui Bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris, dan Jerman. Misalnya, Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.

Di samping itu pria yang aktif di organisasi Islam Muhammadiyah ini juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta. Misalnya, HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo.

Karena pengetahuan tentang Islam yang begitu mendalam, di tahun 1957, Hamka dilantik menjadi dosen Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang. Setelah itu, Hamka dipercaya menjadi Rektor Perguruan Tinggi Islam Jakarta dan mendapat gelar Profesor di Universitas Mustopo, Jakarta. Bahkan, Presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno meminta dirinya untuk memilih menjadi pegawai negeri atau aktif dalam partai politik berbasis Islam pada saat itu yaitu Masyumi.

Aktif dalam parpol tidak membuat Hamka miskin karya. Buktinya Hamka membuat karya ilmiah Islam dan beberapa karya lainnya, seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir Al-Azhar yang dibuat dalam lima jilid. Karyanya yang terkenal sampai ke negeri Malaysia dan Singapura adalah tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli.

Puncaknya, Hamka menerima beberapa penghargaan pada peringkat nasional dan internasional, seperti kehormatan Doctor Honoris Causa Universitas Al-Azhar pada 1958, Doktor Honoris Causa Universitas Kebangsaan Malaysia pada 1974, dan gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Hamka wafat pada 24 Juli 1981. Namun ajaran, karya, dan sosoknya tidak akan pernah wafat. Hakma memberikan pemikiran-pemikiran hebat dalam perkembangan Islam di Indonesia.

 dari sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/buya-hamka-seorang-pendakwah-otodidak-yang-legendaris.html

Selasa, 08 Januari 2013

Makalah Pengertian Pendidikan



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia pendidikan, dimana pendidikan tersebut diharapkan dapat diterima oleh semua pihak. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen antara lain, sistem baru (raw input), tamatan (out put), instrumental input (guru kurikulum).
Ilmu pendidikan juga akan memperhatikan perubahan tata nilai yang terjadi dalam masyarakat. Di samping itu, ilmu pendidikan harus memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Sebab pendidikan mempunyai kewajiban untuk mengantarkan para peserta didik memasuki masyarakat yang sedang mengalami perubahan-perubahan yang mendasar dalam kehidupan sosial.
Adapun istilah yang ditinjau dari sisi ilmiah, para ahli pendidikan memiliki beberapa pandangan:
1. Pendidikan identik dengan pengajaran
2. Pendidikan dan pengajaran tidak sama, tapi memiliki hubungan erat.
3. Pendidikan dan pengajaran berbeda dari segi kelembagaan.
       Mengajar bukan hanya menyampaikan paham pelajaran pada siswa, tetapi merupakan suatu proses upaya dalam membimbing dan menfasilitasi siswa supaya dapat belajar secara efektif dan efisien. Keberhasilan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih, mengembangkan dan menerapakan berbagai metode mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pendidikan?
2.      Apa pengertian sistem?
3.      Apa pengertian pengajaran?
4.      Bagaimana keterkaitan antara pendidikan dan pengajaran?

1.3 TUJUAN
1.      Agar lebih memahami pengertian pendidikan, sistem, dan pengajaran
2.      Lebih memahami pendidikan sebagai sistem dan keterkaitan antara pendidikan dan pengajaran
3.      Memenuhi tugas yang telah dibebankan kepada kami.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang di lakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dapat pula disebutkan bahwa, pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.

1.Batasan
tentang Pendidikan

Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebag
ai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara

Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyi
apan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN

GBHN 1988
(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2.  Tujuan dan Proses Pendidikan

a.  Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

b.  Proses  pendidika
n
 
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan,
kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.

3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)

PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)

Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:

a. Rasional
b. Alasan keadilan
c. Alasan ekonomi
d. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
e. Alasan perkembangan iptek
f. Alasan sifat pekerjaan

4. Kemandirian dalam Belajar

a. Arti dan prinsip yang melandasi

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.

b. Alasan yang menopang

Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1. Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2. Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
3. Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktikannya sendiri.
4. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

Unsur-Unsur Pendidikan

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
 
2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

a. Alat dan Metode

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.

b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

2.2 PENGERTIAN SISTEM

Beberapa definisi sistem menurut para ahli:

a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)

b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)

c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

·         Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumental input (guru, kurikulum), environmental input (budaya, kependudukan, politik dan keamanan).

Ø  P. H. Coombs (1982) mengidentifikasikan adanya 12 komponen pokok sistem penndidikan sebagai berikut:
a. Tujuan dan prioritas.
Fungsinya ialah untuk mengarahkan kegiatan sistem.

b. Anak didik (siswa).
Fungsinya ialah belajar hingga mencapai tujuan pendidikan.

c. Pengelolaan.
Fungsinya yaitu merencanakan, mengordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem.

d. Struktur dan jadwal.
Fungsinya dari struktur dan jadwal ini adalah mengatur waktu dan mengelompokkan anak didik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.

e. Isi (kurikulum).
Fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak didik.

f. Alat bantu belajar.
Fungsinya memungkinan proses belajar-mengajar sehingga menarik, lengkap, dan bervariasi.

g. Pendidik (guru)
Fungsinya untuk menyediakan bahan, menciptakan kondisi belajar, dan menyelenggarakan pendidikan.

h. Fasilitas
Fungsinya sebagai tempat terselenggaranya pendidikan.

i.Teknologi
Fungsinya mempermudah atau memperlancar pendidikan.

j. Pengawasan mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan

k. Penelitian
Fungsinya mengembangkan pengetahuan, penampilan sistem, dan hasil kerja sistem

l. Biaya
Fungsinya sebagai petunjuk efisiensi sistem.
·        
Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem

Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.

Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.

a. Cara memandang sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sistem ataupun sebaliknya suatu sistem menjadi komponen dari sistem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sistem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif masalah, dan latar belakang masalah.
c. Analisis sistem pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secara sistematik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
d. Saling hubungan antarkomponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen lain.
e. Hubungan sistem dengan suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaan dan pengembangan.

2. 3 PENGERTIAN PENGAJARAN

Pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain, pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

2.4 KETERKAITAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan dan dapat diketahui bahwa pengajaran hanyalah salah satu usaha yang hanya dilakukan melalui pendidikan dalam mendidik anak didiknya.

Pendidik dalam rangka pengajaran dituntut untuk melakukan kegiatan yang bersifat edukatif dan ilmiah. Oleh karena itu, peran pendidik tidak hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai pembimbing yaitu sebagai wali yang membantu anak didik mengatasi kesulitan dalam studinya dan pemecahan bagi permasalahan lainnya. Bila usaha-usaha selain pengajaran amat kurang dilakukan di sekolah, kiranya dapat diduga hasil pendidikan tidak akan sempurna. Artinya, pendidikan tidak akan berhasil dalam mengembangkan anak didik secara utuh dan maksimal.

Hal ini dapat teratasi jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui:
1.      Bimbingan yaitu pemberian bantuan arahan motivasi nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2.      Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik.
3.      Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:

a.
Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisi.

b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.

c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
·        
Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.

Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada ora
ng-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.
·        
Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.

Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,
SMP, SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dapat kita pastikan bahwa pendidikan itu merupakan sebuah komponen atau lembaga yang mempunyai tujuan agar terciptanya situasi atau potensi-potensi dasar apa saja yang dimiliki anak-anak dapat dikembangkan sesuai dengan ketentuan kebutuhan mereka pada suatu zaman dan dimana mereka harus survival. Dalam pendidikan tersebut memahami bahwa tujuan atau kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran. Persoalan tersebut adalah bagaimna melaksanakannya di dalam proses belajar-mengjar atau proses pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan tercapai dan juga memahami bagaimana pendidikan itu mempunyai sistem yang baik untuk mencapai tujuan.
3.2 SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini menyatakan bahwa makalah kami ini sangat kurang dari kesempurnaan sehingga sebagai penyusun kami mengharapkan kepada seluruh pembaca agar senantiasa memberikan kritik dan saran anda sekalian yang tentunya bersifat membangun, untuk kami jadikan bahan telaah untuk tugas-tugas selanjutnya


























DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin, H. Dinn. 2007. Materi pokok pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas terbuka